Polisi mengaku kesulitan mengungkap pencuri ratusan benda bersejarah di Museum Negeri Sulawesi Tenggara di Kota Kendari. Pasalnya, museum itu tidak memiliki kamera pemantau atau closed circuit television (CCTV) yang merekam momen pencurian pada Selasa (26/1/2021) pagi.
“Menjadi satu kendala sih karena mestinya kita dapat dukungan dari CCTV, itu menjadi suatu kesulitan,” kata Kapolsek Baruga AKP I Gusti Komang Sulastra saat dihubungi, Rabu (10/2/2021).
Setelah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi sebenarnya menemukan sidik yang diduga milik pencuri koleksi museum tersebut. Namun, sidik jari itu tidak bisa digunakan untuk mengusut kasus pencurian ini.
“Buram, hasil identifikasi yang dilakukan dari Unit Iden (identifikasi) Polres (Kendari), karena sudah berdebu jadi tidak terbaca,” jelas Sulastra.
Sejauh ini, polisi telah memeriksa lima staf Museum Negeri Sulawesi Tenggara. Keterangan mereka sudah tertuang dalam berita acara pemeriksaan (BAP).
Buruh yang sedang mengerjakan proyek pembangunan dekat museum itu juga turut diminta keterangannya. Hanya saja, keterangan buruh itu tidak dimasukkan dalam BAP. “Keterangan lisan tidak kami BAP, hanya 5 orang saja di BAP,” sebut Sulastra.
Sulastra juga mengatakan, beberapa hari setelah pencurian benda dari museum di Kota Kendari terjadi, ada laporan jual beli benda bersejarah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
“Setelah kita periksa tidak ada barang berharga milik Museum Sultra. Kita masih dalami terus apakah ada hubungannya dengan kasus pencurian di Museum Sultra,” ujar Sulastra.
Sumber: Kompas.id