Cadangan Nikel Melimpah, Indonesia Dinilai Bakal Perkasa di Era Kendaraan Listrik

Tambang PT GKP yang dianggap langgar aturan

Daya beli produk otomotif baik kendaraan maupun industri pendukungnya memang sempat redup di semester pertama tahun ini, yang diketahui salah satunya akibat adanya penyelenggaraan pesta demokrasi.

Menjelang akhir tahun 2019, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (Imatap) Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan, jelang akhir tahun diharapkan pasar otomotif Indonesia naik kembali.

“Saat ini diharapkan daya beli masyarakat akan produk otomotif segera rebound, dan mungkin bulan depan produksi mandiri untuk kendaraan listrik harus semakin meningkatkan angka penjualan dan produksi,” kata Putu, dalam acara SouthEast Asia Automotive Technology Summit.

Indonesia memang sedang mengalami masa transisi, dari kendaraan konvensional yang mengandalkan bahan bakar minya (BBM) ke kendaraan listrik.

Selain ramah lingkungan, menurut Putu elektrifikasi kendaraan akan sangat menguntungkan perekonomian Indonesia.

“Kendaraan listrik sangat bergantung dengan baterai, sementara nikel sebagai bahan baku baterai listrik di sini begitu melimpah, yaitu 40 persen nikel dunia ada di Indonesia,” ujar Putu.

“Indonesia sangat percaya diri bisa jadi pemain utama dalam ekspor baterai kendaraan listrik nantinya,” terang Putu.

Berdasarkan data US Geological Survey, cadangan nikel Indonesia mencapai 21 juta metrik ton, yang menjadikan Indonesia sebagai pemain utama nikel dunia, disusul oleh Australia dengan cadangan nikel yang mencapai 19 juta metrik ton.

Jika sudah mampu mengolah nikel menjadi baterai, bukan tidak mungkin Indonesia bakal menjadi juragan baterai kendaraan listrik di dunia.

Indonesia kaya akan Nikel

Sebagai produsen nikel nomor satu di dunia, Indonesia siap memasok industri baterai lithium-ion yang berkembang pesat dan semakin penting. Banyak daerah di Indonesia yang menjadi surga nikel, salah satunya adalah Sulawesi Tenggara.

Sulawesi Tenggara semakin mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satunya karena telah menjadi daerah otonom sejak ditetapkan tahun 1964 silam. Pesatnya kemajuan provinsi tersebut didukung oleh kekayaan alam dengan yang jumlah yang melimpah.

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Sulawesi Tenggara amatlah kaya dengan beragam jenis komoditas seperti nikel, aspal, hingga emas. Bahkan jumlah cadangan nikel di Sulawesi Tenggara disebut-sebut sebagai yang terbesar di Indonesia, dan termasuk dalam cadangan nikel terbesar di dunia.

Kekayaan alam itulah yang membuat investor berbondong-bondong untuk menanamkan modal mereka pada industri pertambangan di wilayah itu. Mereka pun tak akan berpikir dua kali untuk merogoh aset untuk kemudian dijadikan bagian dari usaha tambang. Hal inilah yang kemudian mencatatkan jumlah yang cukup banyak untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah yang ramai aktivitas tambangnya. Wilayah-wilayah itu seperti Konawe, Kolaka, Buton dan juga Bombana.

Bergeser ke wilayah lebih utara, yakni di Kabupaten Konawe Utara juga terdapat aktivitas perusahaan tambang nikel yang cukup ramai. Kawasan tersebut biasa disebut di pulau Wawonii yang dipenuhi oleh kegiatan penambangan nikel oleh sejumlah perusahaan. Diketahui, perusahaan yang melakukan kegiatan pertambangan nikel di wilayah tersebut adalah PT Gema Kreasi Perdana. Perusahaan telah mampu menyumbang banyak lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.

Indonesia akan begitu perkasa saat sudah mampu membuat baterai kendaraan listrik dan dapat berperan menjadi pengekspor utama baterai secara utuh atau CBU ke berbagai belahan dunia.

Sumber: Kemenperin

Related posts

Leave a Comment